Senin, 14 November 2011

makalah Islam dan Optimisme


BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia saat ini sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat yang merdeka, akan tetapi belum dapat dikatakan sebagai masyarakat yang bebas akan ketertindasan, keterpurukan, kemiskinan, kebodohan dan lain sebagainya. Mengapa bisa demikian? Semua itu tidak lepas dari factor dalam diri manusia itu sendiri.
Sekarang marilah kita lihat masyarakat di belahan dunia lain seperti Jepang, Amerika dan Negara-negara lainnya. Jepang adalah Negara yang kuat dengan segala kekayaan, intelektual dan teknologinya. Jepang pada jaman dahulu merupakan negar penjajah, namun pada akhirnya harus menyerah kepada Negara penjajah dari barat karena hancurnya Nagasaki dan Hiroshima. Namun karena semangat dan optimisme yang kuat, Negara itu mampu berdiri kembali dengan tegak dan penuh keyakinan.
Optimism merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan seseorang untuk menjalani hidupnya. Optimsme dapat menjadi kendaraan seseorang untuk menuju kesuksesan dan bahkan juga dapat menjadi kendaraan seseorang untuk menuju kepada ridho Allah SWT. Karena seseorang ataupun suatu kelompok masyarakat memang tidak akan terlepas dengan budaya dan agama (Allah SWT).

B.                 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan beberapa masalah berkaitan dengan optimism, yaitu :
a.         Apakah pengertian Optimisme?
b.         Bagaimanakah cara memunculkan rasa optimism dalam diri?
c.         Bagaimanakah pandangan Islam mengeai optimisme?

C.                Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis merumuskan tujuan penulisan sebagai berikut :
a.       Untuk memahami pengertian optimism.
b.      Untuk memgetahui cara menumbuhkan rasa optimism dalam diri.
c.       Untuk mengetahui mengenai pandangan Islam terhadap Optimisme.

BAB II
PEBAHASAN

A.  Pengertian Optimisme
Bila anda menanyakan kepada seseorang, “apakah anda optimis?” terhadap sebuah objek kehidupan, maka Anda  akan mendapatkan jawaban yang beragam. Ada yang mungkin akan menjawab “saya optimis”, “saya tak terlalu optimis”, atau sama sekali “saya tidak optimis”. Namun, ketika ditanyakan “apa itu optimisme?”, maka tak semua orang bisa merumuskan jawabannya dalam sebuah kalimat. Yang nyata, hanya bisa dirasakan maknanya dengan tepat di dalam hati, tapi tak dapat dirumuskan dalam sebuah alur kalimat.
Pada umumnya, umat islam memiliki harapan dan  keyakinan. Nah, keselarasan antara harapan dan keyakinan akan tercapainya harapan tersebut, itulah yang disebut dengan optimisme[1].
Umat islam tidak akan lepas oleh berbagai macam konsekuensi kehidupan, seperti penderitaan, kesedihan, kesulitan dan lain sebagainya. Umat islam juga tak akan lepas dari kegembiraan, kebahagiaan, kesenangan dan semacamnya. Dalam menjalani berbagai bayangan perasaan tersebut, umat islam tak lepas dari pertolongan Allah SWT. Itu merupakan sebuah keniscayan.
Untuk mendapatkan pertolongan dari Allah SWT, sebagai umat islam kita harus berusaha dengan segala keyakinan, disertai dengan do’a dan tawakkal kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

دَعَانِ إِذَا الدَّاعِ دَعْوَةَ أُجِيبُ قَرِيبٌ فَإِنِّي عَنِّي عِبَادِي سَأَلَكَ وَإِذَا يَرْشُدُونَ لَعَلَّهُمْ بِي وَلْيُؤْمِنُوا لِي فَلْيَسْتَجِيبُوا

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al-Baqarah 2 : 186)
Optimis salah satu kunci dalam setiap kesuksesan dan kemenangan. Seperti dalam cerita sejarah islam, Dalam berbagai medan peperangan pasukan muslim senantiasa kalah dalam hal kekuatan seperti jumlah tentara, fasilitas persenjataan, medis, dan sebagainya. Tetapi sejarah mencatat hampir di setiap peperangan selalu saja pasukan muslim meraih kemenangan. Jumlah pasukan yang sedikit sepertinya bukan menjadi penghalang bagi para mujahid dalam menaklukkan tentara tentara lawan. Sebut saja perang badar, uhud, Al Qodisiyah, penaklukan konstantinopel, Jerusalem semua bukti sejarah akan kejayaan mujahid islam dengan kemampuan yang jauh lebih kecil mampu mengalahkan kekuatan perang yang luar biasa besar.

B.  Menumbuhkan Rasa Optimisme
Allah SWT memang menghadirkan beragam peristiwa agar manusia mampu mengambil hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam setiap peristiwa agar tingkat keimanan seseorang semakin bertambah. Tentunya hal ini akan terwujud bila manusia mempunyai benih kepercayaan akan kemudahan, kekuatan dan pertolongan Allah SWT sebagai pengatur setiap peristiwa di alam ini.
Peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim AS. untuk melaksanakan perintah Allah SWT menyembelih putranya tercinta Ismail adalah potret sejati seorang mu’min yang mempunyai kekuatan tawakal dan kepercayaan yang amat tinggi terhadap keputusan dan kekuatan pencipta-Nya. Itulah harapan dari ajaran Islam agar manusia yang beriman selalu bisa menempatkan possitive thinking kepada Allah SWT di dalam diri dan optimis dalam melaksanakan perintah ajaran-Nya.
Kepercayaan akan hal ini dalam pandangan Islam dikenal sebagai rasa tawakal. Semakin kuat kepercayaan ini, maka akan mempertebal sikap tawakal, dan akhirnya rasa optimis dalam diri semakin bertambah. Optimis memang berawal dari rasa tawakal kita. Rasa optimis haruslah mengalahkan pesimis yang bisa jadi menyelinap dalam hati. Untuk itulah jika ingin hidup sukses, kita harus bisa membangun rasa optimis dalam diri. Optimis yang dihasilkan dari rasa tawakal inilah yang menjadikan Rasulullah SAW beserta sahabat mampu memenangkan peperangan yang tercatat dalam sejarah dunia mulai dari perang Badar hingga peperangan di masa kekhalifan Islam sampai berabad-abad lamanya[2].
Ada beberapa hal yang dapat meninkatkan rasa optimisme dalam diri, antara lain sebagai berikut: 
1.      Temukan hal-hal positif dari pengalaman kita di masa lalu.
2.      Tata kembali target yang hendak kita capai.
3.      Pecah target besar menjadi target-target kecil yang segera dapat dilihat keberhasilannya.
4.      Bertawakallah kepada Allah setelah melakukan ikhtiar.
5.      Ubah pandangan diri kita terhadap kegagalan.
6.      Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah SWT akan selalu menolong dan memberi jalan keluar.
Optimism juga mempunyai berbaai manfaat bagi diri kita. Optimisme sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari guna mancapai sebuah kesuksesan dan keberhasilan dalam hidup di dunia dan di akhirat. Dengan adanya sikap optimistis dalam diri setiap Muslim, kinerja untuk beramal akan meningkat dan persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik. Doa,  ikhtiar, dan tawakal harus senantiasa mengiringi, kerena hanya dengan kekuasaan-Nya apa yang kita harapkan dapat terwujud. Selain itu,   optimism  juga dapat  berpengaruh pada kesehatan.
Para ilmuwan telah membuat kesimpulan atas riset selama puluhan tahun tentang manfaat berpikir positif dan optimisme bagi kesehatan. Hasil riset menunjukkan bahwa seorang optimis lebih sehat dan lebih panjang umur dibanding orang lain apalagi dibanding dengan orang pesimis. Para peneliti juga memperhatikan bahwa orang yang optimistis lebih sanggup menghadapi stres dan lebih kecil kemungkinannya mengalami depresi. Berikut ini beberapa manfaat bersikap optimis dan sering berpikir positif.[3]
1.      Lebih panjang umur
2.      Lebih jarang mengalami depresi
3.      Tingkat stres yang lebih kecil
4.      Memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik terhadap penyakit
5.      Lebih baik secara fisik dan mental
6.      Mengurangi risiko terkena penyakit jantung
7.     Mampu mengatasi kesulitan dan menghadapi stres
Dengan memperhatikan manfaat-manfaat rasa optimisme di atas, maka diharapkan, umat islam dapat meningkatkan optimisme dan keyakinan dalam dirinya agar kehidupannya akan menjadi lebih baik.

C.  Pandangan Islam Terhadap Optimisme
Apa yang dimaksud dengan optimisme atau bersikap optimis? Optimisme merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menyenangkan. Optimisme dapat juga diartikan berpikir positif. Jadi optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berpikir.
Bersikap optimis dalam islam adalah wujud keyakinan hamba kepada RobbNya,sebagai hamba Allah kita tidak boleh merasa rendah diri karena kita punya Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu lagi Maha Pemberi.
Dalam surat Ali Imran ayat 139 ”Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang -orang yang beriman”.
Bertolak belakang dengan optimisme, pandangan pesimistis akan menganggap kegagalan dari sisi yang buruk. Umumnya seorang pesimis sering kali menyalahkan diri sendiri atas kesengsaraannya. Ia menganggap bahwa kemalangan bersifat permanen dan hal itu terjadi karena sudah nasib, kebodohan, ketidakmampuan, atau kejelekannya. Akibatnya, ia pasrah dan tidak mau berupaya.

:وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللَّه صَلَّى النَّبِيُّ قَالَ: قَالَ عَنْهم اللَّه رَضِي هُرَيْرَةَ أَبِي عَنْ  ..... ذَكَرَنِي إِذَا مَعَهُ وَأَنَا بِي عَبْدِي ظَنِّ عِنْدَ أَنَا:تَعَالَى اللَّهُ يَقُولُ

Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : Allah berfirman “ Aku tergantung persangkaan hambaKu pada diri-Ku, dan Aku bersamanya apabila ia mengingatKu “. (Shahih Bukhori, Hadits No. 6856)
Allah itu sesuai dengan persangkaan hambaNya. Jika seseorang sudah tidak percaya pada dirinya sendiri, merasa tidak mampu, selalu ragu- ragu, maka kemungkinan besar itulah yang akan terjadi. Akan tetapi jika kita yakin kita bisa dan mau mencoba dengan usaha yang optimal maka insya Allah dengan pertolongan Allah kita akan bisa mencapai hasil yang terbaik, bahkan kadang-kadang terasa tidak masuk akal sebelumnya. Ketika alam pikir kita mengatakan kita tidak mampu maka seluruh organ-organ tubuh kita juga akan merespon sama.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. "(QS.Al Hujuraat:15)
Dasar dari sikap optimis umat Islam berakar dari keimanan yang ada di dalam dada. Selama 13 tahun Nabi Muhammad SAW berdakwah di Mekah, beliau memfokuskan dakwahnya kepada keimanan atau tauhid. Baru kemudian di Madinah mulai menyentuh syariat-syariat dalam Islam. Mengapa iman begitu penting? Karena imanlah yang mengarahkan segala perilaku manusia. Ia adalah penuntun menuju keikhlasan dan sikap ihsan. Manusia yang beriman akan berbeda dengan orang yang tidak beriman. Orang yang beriman, tidak akan ragu untuk berjihad, melakukan kebaikan meskipun tidak dilihat orang karena dia yakin Allah melihatnya dan akan memberikan balasan kepadanya. Ia yakin bahwa Allah sedang menguji kesabarannya untuk menjadikannya lebih kuat.
Semua keberhasilan berasal dari keyakinan bahwa kita bisa melakukannya. Untuk selanjutnya perlu disusun planning yang matang dan usaha yang maksimal dalam proses yang dilakukan untuk mencapai target atau tujuan yang diinginkan. Sebagai contoh, dahulu karena Rasulullah dan para sahabat yakin bisa merubah peradaban dengan peradaban Islam, meskipun dengan berbagai kekurangan pada awalnya baik harta, pengikut, maupun sarana yang lain, tetapi dengan keyakinan yang kuat dan usaha yang optimal, juga doa yang senantiasa terpanjat, Islam bisa memegang peradaban.

BAB III
KESIMPULAN
Optimis merupakan keyakinan diri dan salah satu sifat baik yang dianjurkan dalam islam.Dengan sikap optimis,seseoarng akan bersemangat dalam menjalani kehidupan,baik demi kehidupan di dunia maupun dalam menghadapi kehidupan akhirat kelak. Optimisme juga dapat  dikatakan sebagai keselarasan antara harapan dan keyakinan akan tercapainya harapan tersebut.
Ada beberapa hal yang dapat meninkatkan rasa optimisme dalam diri, antara lain sebagai berikut: 
1.      Temukan hal-hal positif dari pengalaman kita di masa lalu.
2.      Tata kembali target yang hendak kita capai.
3.      Pecah target besar menjadi target-target kecil yang segera dapat dilihat keberhasilannya.
4.      Bertawakallah kepada Allah setelah melakukan ikhtiar.
5.      Ubah pandangan diri kita terhadap kegagalan.
6.      Yakinkan kepada diri kita bahwa Allah SWT akan selalu menolong dan memberi jalan keluar.
Bersikap optimis dalam islam adalah wujud keyakinan hamba kepada RobbNya,sebagai hamba Allah kita tidak boleh merasa rendah diri karena       kita punya Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu lagi Maha Pemberi. Jadi, sebagai muslim yang baik, kita harus senantiasa optimis dalam menghadapi kehidupan ini. 

Daftar Pustaka

Al-Qur’an dan terjemahnya. Yayasan As-Shofwa: Jakarta
http://history22education.wordpress.com/2011/01/01/lima-cara-agar-lebih-optimistis/
Izah, Optimisme dalam islam dan manfaatnya bagi kesehatan, http://izahiah.blogspot.com/2010/09/optimisme-dalam-islam-dan-maanfaatny.html
Nindyatman, Aditya, Optimisme: cermin pribadi seorang muslim, http://pks-sidoarjo.org/tausiyah-ketua-dpd/optimis-cermin-pribadi-seorang-muslim-2.htm
Syihab, Quraisy. Do’a dan optimism. http://www.sudeska.net/2010/01/05/quraish-shihab-do%E2%80%99a-dan-optimisme/


[1]Quraisy syihab, Do’a dan optimisme, http://www.sudeska.net/2010/01/05/quraish-shihab-do%E2%80%99a-dan-optimisme/
[2] Aditya nindyatman, Optimisme: cermin pribadi seorang muslim, http://pks-sidoarjo.org/tausiyah-ketua-dpd/optimis-cermin-pribadi-seorang-muslim-2.htm
[3] Izah, Optimisme dalam islam dn manfaatnya baagi kesehatan, http://izahiah.blogspot.com/2010/09/optimisme-dalam-islam-dan-maanfaatny.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar